Tuesday 29 December 2015

Tentang Dahsyatnya Penciptaan Langit & Bumi

epssub.blogspot.com - Apakah kehebatan penciptaan langit dan bumi ni sehingga Rasulullah menangisinya? Kenapa Allah memancing kita untk mengamati dan memahami penciptaan langit dan bumi? Dan pernahkah kita terpancing untk melakukannya? Kalau tidak, sungguh sayang sekali...

Sebenarnya Allah sedang memberikan jalan Yang luas dan lebar kepada hambaNya Yang ingin memahami dan berkenalan dgn Allah Sang Maha Pencipta. Bukankah Allah mengatakan, kalau kita ingin mengenali Allah, maka kenalilah ciptaanNya. Dan, ciptaan Allah yg bernama Langit dan Bumi ni ternyata sangatlah dahsyat, sehingga bisa menghantarkan kita untk 'bertemu' dan menghayati Kebesaran Allah.

Bagaimana cara kita memahami proses penciptaan langit dan bumi itu. Bisakah hanya berdasarkan informasi-informasi dari Al Quran saja? Agaknya tak bisa. Setidak-tidaknya kurang memuaskan. Mau tak mau, kita harus melakukan pengamatan-pengamatan yg lebih mendalam tentang fakta yg tersebar di alam semesta ini. Harus bersifat empirik.

Namun, tak semua kita memiliki kemampuan untk melakukan penelitian ilmiah. Maka kita boleh membaca data-data dan analisis ilmu pengetahuan Astronomi yg sudah dilakukan oleh para ilmuwan agar bisa memahaminya. Semua data itu bisa diuji dan dibuktikan, meskipun pd gilirannya nanti tetap ada bagian-bagian yg harus disempurnakan secara ilmiah oleh generasi berikutnya. Tidak apa apa. Tidak menjadi masalah.

Akan tetapi, sebelum membahas tentang penciptaan langit dan bumi, terlebih dahulu saya ingin mengajak pembaca untk memahami posisi kita di alam semesta yg sangat luas ini.

Seperti kita ketahui, lebih dari 5 miliar manusia hidup di sebuah planet yg bernama Bumi. Bentuknya hampir bulat. Agak pipih di bagian atas yg disebut sebagai Kutub Utara dan jg bagian bawah yg disebut Kutub Selatan. Bumi yg kita tumpangi bersama ni berputar kencang pd dirinya sendiri, dgn kecepatan sekitar 1.669 km per jam, di Equatornya. Tapi kita tak merasakannya, karena kita ikut berputar dlm sebuah kendaraan 'Bumi' yg sangat besar. Kita, bagaikan sedang berada di dlm sebuah pesawat angkasa luar yg berpusing.

Selain itu, Bumi jg mengitari matahari pd jarak sekitar 150 juta km, dgn kecepatan lebih dari 107.000 km per jam. Artinya, kendaraan angkasa luar kita yg bernama 'Bumi' ni sedang melaju, melesat mengembara di angkasa mengitari matahari.

Apa Yang menggerakkan bumi kita ni sehingga terus-menerus bergerak berputar pd dirinya sendiri, sekaligus mengitari matahari? Ternyata, ada sebuah gaya tarik yg sangat dahsyat yg terjadi antara matahari dan bumi, serta benda-benda langit lainnya. Mereka seperti terikat oleh sebuah tali yg tak tampak, yg diputar-putar melingkar terpusat pd matahari. Pusatnya matahari, di sekelilingnya ada 9 planet, yaitu : Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Semuanya mengelilingi Matahari, sebagaimana Bumi.
QS. Luqman (31) : 10
Dia telah menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kalian lihat, dan dia meletakkan gunung-gunung di bumi supaya bumi tak Meng-guncangkan kamu dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yg baik.

Di planet Merkurius, yg paling dekat dgn Matahari tak terdapat kehidupan, karena permukaan planetnya demikian panasnya. Bagaikan membara. Sedangkan di Pluto, yg terjauh dari Bumi, jg tak terdapat kehidupan karena seluruh permukaan planetnya membeku, tertutup oleh es. Tapi demikian, di planet-planet selain Bumi jg belum diketemukan kehidupan secara pasti. Apalagi manusia. Hanya di Bumi inilah makhluk yg bernama manusia ni bisa melangsungkan kehidupannya dgn baik. Tidak terlalu jauh dan tak terlalu dekat dgn Matahari sebagai sumber energi kehidupan.

Kelompok 9 planet yg berpusatkan Matahari itu dinamakan Tatasurya. Ternyata, tatasurya kita ni bukanlah satu satunya tatasurya di alam. semesta. Ada miliaran, bahkan triliunan tatasurya yg terserak di jagad semesta.

Kalau kita ingin mengetahui lebih lanjut, cobalah keluar rumah malam hari. Di tempat yg terbuka dan sedikit gelap arahkan pandangan ke langit. Kalau langit sedang cerah, kita akan bisa melihat bintang-bintang bertaburan di angkasa raya.

Pernahkah kita bayangkan bahwa bintang-bintang itu sebenarnya adlh matahari, seperti matahari yg kita miliki di tatasurya kita. Karena begitu jauhnya jarak Matahari, itu dgn Bumi kita, maka ia kelihatan sangat kecil dan berkedip-kedip. Tapi, sesungguhnya bintang itu adlh matahari. Bahkan banyak yg ukurannya jauh lebih besar dari matahari kita.

Matahari Yang kita miliki ini, diameternya sekitar 200 kali bumi. Isinya adlh gas Hidrogen yg sedang bereaksi secara termonuklir menjadi gas Helium. Sedangkan bintang-bintang itu ada yg besarnya berpuluh kali / beratus kali dibandingkan dgn besarnya matahari kita. Yang paling besar diketemukan oleh ilmuwan Astronomi adlh bintang Mu-cepe, yaitu sekitar 1.500 kali matahari, alias ratusan ribu kali besarnya bumi yg kita diami!

Begitu besar ukurannya. Tetapi kelihatan demikian kecilnya. Ya, semua itu karena jarak bintang-bintang itu sangat jauh dari bumi. Berapakah jarak bintang yg paling dekat dgn bumi? Informasi Astronomi mengatakan, jaraknya sekitar 8 tahun cahaya. Apakah artinya? Artinya, cahaya saja membutuhkan waktu tempuh 8 tahun untk menuju bintang yg paling dekat itu. Jadi berapa kilometer ? Tinggal hitung saja.

Kecepatan cahaya adlh 300.000 km per detik. Jadi kalau cahaya membutuhkan waktu 8 tahun untk sampai ke bintang itu, berarti jaraknya adlh 8 th x 365 hari x 24 jam x 60 menit x 60 detik x 300.000 km = 75.686.400.000.000 km / sekitar 75 triliun kilometer. Sungguh jarak yg tak pernah terbayangkan dlm kehidupan kita!

Bisakah kita pergi ke sana? Di atas kertas, mungkin saja. Tetapi, memakan waktu berapa lama? Marilah kita hitung. Semuanya bergantung pesawat yg kita gunakan. Andaikan saja kita naik pesawat, ulang alik seperti Challenger / Columbia Ya berkecepatan 20 ribu km per jam. Berapa lama kita akan sampai di bintang tersebut?

Sehari, sebulan, setahun, sepuluh tahun, seratus tahun. Kita mati di tengah jalan, ternyata kita belum sampai di bintang yg paling dekat itu. Setelah 428 tahun kemudian, barulah kita sampai di sana. Kita membutuhkan 5 - 6 generasi untk sampai di sana. Subbanallaah...

Padahal, tadi saya katakan, jumlah bintang di alam semesta ni triliunan. Setiap 100 miliar bintang membentuk gugusan yg disebut galaksi. Gugusan bintang yg kita tempati ni bernama galaksi Bimasakti. Di sebelah Bimasakti ada galaksi Andromeda, dan seterusnya, ada miliaran galaksi di jagad semesta ini. Dan, yg lebih dahsyat lagi, tiap 100 miliar galaksi membentuk gugusan galaksi yg disebut Superkluster. Dan seterusnya, jagad semesta ni belum diketahui batasnya.

Berapakah jarak gugusan bintang bintang itu? Bermacam macam. Ada yg berjarak 100 tahun cahaya. Artinya cahaya saja membutuhkan waktu 100 tahun. Ada yg 1000 tahun cahaya. Ada jg yg 1 juta tahun cahaya. Dan yg paling jauh, diketemukan oleh ilmuwan Jepang, berjarak 10 miliar tahun cahaya.

Ya, cahaya saja membutuhkan waktu 10 miliar tahun. Apalagi kita. Usia kita tak ada artinya apa-apa dibandingkan kebesaran alam semesta ini.

Bahkan planet bumi yg kita tinggali bersama miliaran manusia ni jg tak ada apa-apanya. Bumi bagaikan sebuah debu di hamparan Jagad ‘Padang Pasir’ Semesta. Di atas bumi yg bagaikan debu itulah miliaran manusia hidup dgn segala aktifitas dan kesombongannya! Masya Allah, sungguh begitu kecil kita, dan luar biasa dahsyat Sang Maha Perkasa...

Lantas bagaimana kita membayangkan Keperkasaan Allah yg menciptakan hamparan jagad semesta itu? Disinilah Allah memperkenalkan Dirinya lewat ciptaanNya yg benama Langit dan Bumi. Dan kita dipancingNya untk memahami itu lewat firmanNya di QS. Ali Imran 190 191.

Ada lagi yg sangat unik ketika kita mengamati bintang bintang di angkasa. Sebagaimana telah saya sampaikan di muka, bahwa bintang-bintang yg bertaburan itu jaraknya sangat beragam, mulai dari matahari yg jaraknya 8 menit cahaya, bintang yg berjarak 8 tahun cahaya, sampai yg berjarak 10 miliar tahun cahaya.

Pernahkah Anda bayangkan, bahwa matahari yg kita lihat tiap pagi itu adlh matahari 8 menit yg lalu? Bukan matahari yg sekarang! Kenapa demikian? Ya, karena sinar matahari memerlukan waktu 8 menit untk mencapai bumi, yg berjarak 150 juta km dari matahari. Berarti, matahari yg kita lihat pd saat itu adlh matahari 8 menit yg lalu! Aneh bukan?

Begitu jg ketika kita melihat kepada bintang yg berjarak 8 tahun cahaya. Bintang yg sedang kita amati itu bukanlah bintang saat ini, melainkan bintang pd saat 8 tahun yg lalu. Karena, sinar yg sampai di mata kita itu adlh sinar yg sudah melakukan perjalanan sejauh 8 tahun cahaya. Bukankah sinar butuh waktu untk menempuh jarak?

Tidak berbeda dgn bintang-bintang yg berjarak lebih jauh lagi. Kalau kita sedang mengamati bintang berjarak 100 juta tahun cahaya, maka sebenarnya bintang yg sedang kita amati itu adlh kondisi 100 juta tahun yg lalu!

Jadi, kalau malam-malam kita sedang mengamati langit, sebenarnya kita bukan melihat langit yg sekarang saja. Tetapi pd saat yg bersamaan sedang melihat langit sekarang, langit 1000 tahun yg lalu, langit 1 juta tahun yg lalu, dan bahkan langit 10 Miliar tahun yg lalu ... ! Masya Allah, kita jadi merasa aneh dgn alam kita sendiri.

Lebih jauh, kalau kita ingin memahami kedahsyatan ciptaan Allah di alam semesta, marilah kita baca ayat berikut ini.

QS. Al Anbiyaa 30,
Apakah orang-orang kafir itu tak tahu bahwa langit dan bumi itu dulunya padu, lalu Kami pisahkan keduanya dgn kekuatan, dan Kami jadikan dari air tiap yg hidup, apakah mereka tak percaya?

Ayat di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa alam semesta yg luar biasa besarnya itu dulunya satu, alias berimpit. Dikatakan bahwa langit yg berupa ruang angkasa dan bumi itu pernah tak terpisahkan. Lantas, pd suatu ketika Allah memisahkan keduanya dgn kekuatan yg sangat dahsyat. Sehingga jadilah alam semesta seperti yg kita lihat sekarang.

Tetapi, sekali lagi, pemahaman yg baik baru bisa kita peroleh kalau kita melakukan pengamatan terhadap alam semesta dlm kegiatan empiris / ilmu pengetahuan. Baik secara langsung maupun lewat informasi Astronomi.

Bagaimana mungkin kita bisa memahami bahwa langit dan bumi itu dulunya padu, kalau kita tak mempelajari ilmu Astronomi. Firman Allah ni ternyata memang bisa kita pahami setelah kita membaca teori Big Bang alias teori ‘Ledakan Besar’.

Dalam teori tentang penciptaan alam semesta itu dikatakan bahwa langit dan bumi itu memang dulunya padu. Bagaimana kesimpulan itu diperoleh? Ternyata, dlm pengamatan teleskop Hubble, diketahui bahwa berbagai benda langit seperti planet, matahari, dan bintang-bintang semuanya sedang bergerak menjauh.

Kita melihat ke atas, benda-benda langit menjauh. Melihat ke ‘bawah’ di balik bumi benda-benda langit tersebut jg menjauh. Melihat ke kiri kanan, muka belakang, semua benda langit sedang menjauh. Apakah artinya?

Artinya, karena benda-benda langit itu kini sedang bergerak saling menjauhi ke segala arah, maka mestinya dulu, benda benda itu saling dekat. Lebih dulu lagi, benda-benda itu semakin dekat. Dan pd suatu ketika, miliaran tahun yg lalu, semua benda langit tersebut berkumpul di suatu titik yg sama, alias padu dan berimpit. Persis seperti yg dikatakan Al Quran.
Nah, dari hipotesa itulah, disusun sebuah teori yg disebut teori ‘Big Bang’. Teori itu mengatakan bahwa seluruh material dan energi alam semesta ni dulunya termampatkan ke dlm suatu ‘Titik’ di pusat alam semesta. Demikian Pula ruang dan waktu, semuanya dikompres ke dlm sebuah ‘Titik’ yg menjadi cikal bakal alam semesta, yg disebut sebagai Sop Kosmos.

Sop Kosmos itu, sangat tak stabil karena mengandung energi, material, ruang, dan waktu yg demikian besarnya, sehingga akhimya meledak dgn kekuatan yg sangat dahsyat. Ledakan itu telah melontarkan material, energi, ruang dan waktu ke segala penjuru alam semesta hingga kini. Usianya sudah mencapai sekitar 12 miliar tahun.

Dalam kurun waktu sekitar 12 miliar tahun itulah tercipta benda benda langit secara berangsur-angsur. Mulai dari gugusan bintang bintang, matahari, planet-planet, dan bulan. Termasuk Bumi yg kita huni ini. Dipekirakan usia Bumi kita sekitar 5 miliar tahun.

Dan kemudian, di bumi yg semakin mendingin itu diciptakanlah kehidupan lewat sebuah proses evolusi kehidupan dari makhluk yg berderajat rendah satu sel sampai yg berderajat tinggi seperti manusia. Kehidupan pertama, oleh Allah dimulai dari perairan dari jenis ikan-ikanan, yg kemudian beralih ke daratan lewat proses kehidupan ampibi dan jenis hewan reptilia.

QS. Al Anbiyaa : 30
...dan Kami jadikan dari air (permulaan) semua makhluk bidup ...

Sedangkan kehidupan manusia modern diperkirakan baru sekitar 50 ribu tahun yg lalu, berdasarkan fosil Cro Magnon yg ditemukan di daerah Timur Tengah. Fosil-fosil manusia modem inilah yg diperkirakan sejaman dgn kehidupan Nabi Adam As.

Kalau hipotesa ni memang benar, maka berarti usia kehidupan manusia ni dibandingakn dgn usia alam semesta sangatlah sebentar. Usia alam semesta sudah sekitar 12 miliar tahun, sedangkan usia peradaban manusia baru sekitar 50 ribu tahun.

Nah, jadi kembali kepada kata kunci yg pertama dlm QS. Ali Imran 190-191, kita kini memahami betapa dahsyat informasi yg terkandung dlm kalimat: ...inna fii khalqis samaawaati wal ardli...

Rasulullah saw bisa memahami makna kalimat tersebut tanpa harus belajar ilmu Astronomi. Kenapa bisa demikian? Ada dua hal yg menjadi penyebabnya. yg pertama, tiap kali Allah menurunkan wahyu kepada nabi Muhammad, Allah langsung memasukkan makna wahyu itu ke dlm kalbu beliau. Wahyu tak turun ke nabi melalui otak beliau, melainkan langsung ke dlm hati. Jadi, seperti ada sebuah tayangan video yg diputar di hadapan beliau, sehingga beliau langsung bisa memahami seluruh makna wahyu itu. yg kedua, harus diingat bahwa wahyu tersebut turun kepada Rasulullah pd periode Madinah. Artinya, Rasulullah sudah mengalami perjalanan Isra' Mi'raj. Jadi beliau telah mengalami sendiri perjalanan mengarungi jagad semesta. Maka, ketika menerima wahyu tersebut beliau bagaikan sedang 'bernostalgia' melakukan perjalanan Isra' Mi'raj. Sungguh tergambar secara nyata makna dari firman Allah tentang penciptaan langit dan bumi.

Maka tak heranlah kita, Rasulullah tak mampu membendung air matanya ketika menerima wahyu tersebut. Gemetar seluruh jiwa raganya mengingat Kebesaran Allah di alam semesta. Dirinya menjadi begitu kecil dan tak berarti di hadapan Allah, Dzat Sang Maha Perkasa...

other source : http://mitra-sbm.blogspot.com, http://solopos.com, http://twitter.com

No comments:

Post a Comment

Contact Us

Name

Email *

Message *

All content at Blog Eps was found freely distributed on the internet and is presented for informational purposes only.
Images / photos / videos found in this site reserved by its respective owners.
We does not upload or host any files.
Home | DMCA | Contact