Sunday, 2 August 2015

lumpuh bukan berarti lemah

Tubuhnya Lumpuh, Tapi Ditakuti Israel.
USIANYA boleh renta. Badannya lumpuh. Mata kirinya diuji dgn rabun. Telinganya didera radang. Paru-parunya digerogoti alergi. Tapi walaupun tubuhnya lemah, jasadnya paling dicari Israel.
“Adakah segala macam penyakit dan kecacatan yg tertimpa ke atasku turut menimpa bangsa Arab hingga menjadikan mereka begitu lemah?”
Begitulah cara Asy-Syahid Syekh Ahmad Yasin mendefinisikan arti perjuangan atas pembebasan tanah wakaf kaum muslimin di Palestina.
Jika umat Islam lupa kewajiban membebaskannya, biarlah ia bersama kursi rodanya yg menebusnya.
“Aku tak mampu kemana-mana untk memenuhi hajatku kecuali jika mereka menggerakkan (kursi roda)-ku …. Adakah hati kalian tak bergelora melihat kekejaman terhadap kami sehingga tiada satu kaumpun bangkit menyatakan kemarahan karena Allah?”
Namun, biarkan Syekh Ahmad Yasin menerjemahkan arti perlawanan dgn caranya: merancang kelompok Mujahidin Palestina tahun 1982, meletuskan intifadhah Desember 1987, hingga lahirlah Hamas satu pekan kemudian.
Demikian takutnya Yahudi kepada spirit perlawanannya, Israel sampai harus menjatuhkan hukuman seumur hidup plus 15 tahun bagi Syekh Ahmad Yasin. Ya, untk seorang ulama yg mengaku tak mampu memapah senjata dan mengangkat pena karena tangannya lumpuh.
Jika Golda Meir menyumbangkan setengah hartanya untk Israel, maka Syekh Yasin menyerahkan seluruh hidupnya untk Islam.
Begitulah cara Syekh Yasin mengajari kita bagaimana menjadi umat Islam, yg lumpuhnya saja ditakuti musuh. Pria kelahiran 1938 yg hampir tak bisa menggerakkan bagian tubuhnya sendiri, tapi oleh Allah diberi kemampuan menggerakkan jiwa raga jutaan orang.
“Tidak ada sejarah seperti yg diukur Syekh Yasin, di mana pemimpin yg lemah (karena cacat fisik) mampu mengubah menjadi kekuatan,” kata Dr Asy-syahid Abdul Aziz Rantisi.
Hari-hari Syekh Yasin diisi dgn ibadah, luangnya dipenuhi dgn tarbiyah, tangan dinginnya dipakai untk melahirkan kader dakwah. Maka muncullah Abdul Aziz Rantisi, Ismail Haniya, Khalid Misyal, dan lainnya. Anak-anak muda yg gigih bersamanya mengagagas Hamas, satu pekan pasca meletusnya intifadhah.
Telah berkali-kali Syekh Yasin hidup dlm penjara bersama kursi rodanya. Dari mulai tahun 1965, 1985, dan 1989.
Dalam pengadilan terakhir, beliau divonis seumur hidup plus 15 tahun. Tuduhannya, mendalangi serangan rakyat Palestina atas Israel dan melucuti senjata serdadu-serdadu Israel, warga Yahudi, serta penculikan terhadap agen-agen Israel.
Di dlm penjara, pukulan bertubi-tubi bersarang di mata dan kepalanya. Tapi siksaan itu dilaluinya dgn tawakal dan penuh kesabaran. Karena semuanya adlh bagian dari perjuangan.
Syekh Yasin akhirnya berhasil bebas pd tahun 1997 akibat pertukaran tawanan. Anak-anak didiknya di Hamas berhasil menawan dua agen Mossad yg hendak meracuni Khalid Misyal.
Keluar dari penjara, Syekh Yasin kembali menyuarakan perjuangan untk membebaskan Palestina.
Bersama Hamas, beliau kembali melakukan perlawanan kepada Israel ketika Ariel Sharon menyatroni Masjid Al Quds dan diikuti dgn pembunuhan terhadap jamaah shalat. Bentrokan antara tentara Israel dan rakyat Palestina pecah. Meletuslah intifadhah kedua.
Beragam cara dilakukan Israel untk membunuh Syekh Yasin dan selalu gagal. Hingga pd Senin subuh, 1 Shafar 1425 H/ 22 Maret 2004 M, Apache Israel buatan Amerika Serikat mendekat, lalu memuntahkan tiga buah roket ke tubuh lemah berjiwa baja di atas kursi roda itu.
Suara gelegar tiga roket meledak itu seakan menghancurkan langit Gaza Subuh itu. Abdul Hamid, anak Syekh Yasin, terlempar beberapa belas meter dari posisi dekat dgn ayahnya.
“Saya sama sekali tak bisa melihat di mana tubuh ayah saya,” kenangnya. “Di dekat saya sedikitnya ada lima jenazah yg hancur bergelimpangan… Darah muncrat dan membanjir kemana-mana…”
Hari itu, menjadi hari duka bagi rakyat Palestina. Jutaan rakyat Palestina menangis. 200 ratus ribu orang mengantarkannya ke pemakaman. Gema takbir membahana menyelimuti langit Gaza.
Jasadnya boleh tiada, tapi gagasan dan cita-cita terus mengalir menembus jiwa-jiwa kaum muslimin demi melanjutkan perjuangannya.
“Tanah Islam secara paksa telah dirampas oleh Yahudi Zionis dan itu hanya bisa direbut kembali dgn kekuatan. Palestina adlh tanah wakaf yg tak bisa diserahkan, walaupun hanya satu inchi, untk itu kamu bersedia melakukan segalanya,” pesannya. [Pz/Islampos]

lumpuh bukan berarti lemah

No comments:

Post a Comment

Contact Us

Name

Email *

Message *

All content at Blog Eps was found freely distributed on the internet and is presented for informational purposes only.
Images / photos / videos found in this site reserved by its respective owners.
We does not upload or host any files.
Home | DMCA | Contact