fashingnet.com-Kisah Seorang Anak Di Aborsi Dalam Rahim Ibunya

Bulan 1 : Bu, panjangku itu cuma 2 cm, tapi aku udah punya badan bu... Aku sayang ibu, bunyi detak jantung ibu itu jadi musik terindah yg menemaniku di sini.
Bulan 2 : Bu, aku udah bisa ngisep jari imutku lho, di sini hangat bu, nanti kalau aku sudah keluar ibu janji ya mau main sama aku.
Bulan 3 : Bu, meskipun AKU belum tau jenis kelaminku, tapi apapun aku, aku harap ibu dan ayah bahagia kelak ketika aku keluar. Jangan nangis ya bu, kalau ibu nangis di sini aku jg ikut nangis.
Bulan 4 : Bu, rambutku sudah mulai tumbuh lho, ni jadi mainan baruku, aku bisa menggerakan kepalaku putar kiri putar kanan.
Bulan 5 : Bu, Ibu tadi ke dokter ya, dokter bilang apa? Apa itu aborsi Bu? Ku nggak diapa-apain kan Bu?
Bulan 6 : Bu datang ke dokter itu lagi ya? Bu, tolong kasih tau dokter itu, aku di sini baik-baik aja! Tapi kok dokter itu mulai memasukan benda tajam? Benda tajam itu mulai memotong rambutku bu, tolong. Aku takut. Benda tajam itu mulai memotong kakiku, sakiit Bu. Tapi meskipun aku tak punya kaki, aku masih punya tangan yg bisa memeluk Ibu..., bu, benda itu sekarang mulai memotong tanganku, IBU tolong aku. Aku janji nggak akan nakal BU. Tapi, meskipun aku tak punya tangan dan kaki, aku msh punya mata dan telinga untk melihat senyum Ibu, mendengar suara Ibu, tapi... Benda itu sekarang sudah mulai memotong leherku, Ibu... Ampun bu... Beri aku kesempatan hidup, aku sayang Ibu, aku pengen meluk Ibu.
Bulan 7 : Bu, aku di sini baik-baik aja, aku sudah disamping orang orang soleh di surga, Allah mengembalikan semua organ tubuhku yg dipotong benda tajam itu, Allah memeluku, memegang tanganku, menggendongku dgn lembut dan Allah membisikan tentang apa itu aborsi.
Kenapa IBU tega melakukan itu? Kenapa IBU nggak mau main sama aku? Apa salah aku bu? Ibu taubat yah, biar Allah mau antar Ibu ke sini, nanti kita main bareng-bareng di sini, dan jangan lupa, ajak Ayah jg ya bu.

Bulan 1 : Bu, panjangku itu cuma 2 cm, tapi aku udah punya badan bu... Aku sayang ibu, bunyi detak jantung ibu itu jadi musik terindah yg menemaniku di sini.
Bulan 2 : Bu, aku udah bisa ngisep jari imutku lho, di sini hangat bu, nanti kalau aku sudah keluar ibu janji ya mau main sama aku.
Bulan 3 : Bu, meskipun AKU belum tau jenis kelaminku, tapi apapun aku, aku harap ibu dan ayah bahagia kelak ketika aku keluar. Jangan nangis ya bu, kalau ibu nangis di sini aku jg ikut nangis.
Bulan 4 : Bu, rambutku sudah mulai tumbuh lho, ni jadi mainan baruku, aku bisa menggerakan kepalaku putar kiri putar kanan.
Bulan 5 : Bu, Ibu tadi ke dokter ya, dokter bilang apa? Apa itu aborsi Bu? Ku nggak diapa-apain kan Bu?
Bulan 6 : Bu datang ke dokter itu lagi ya? Bu, tolong kasih tau dokter itu, aku di sini baik-baik aja! Tapi kok dokter itu mulai memasukan benda tajam? Benda tajam itu mulai memotong rambutku bu, tolong. Aku takut. Benda tajam itu mulai memotong kakiku, sakiit Bu. Tapi meskipun aku tak punya kaki, aku masih punya tangan yg bisa memeluk Ibu..., bu, benda itu sekarang mulai memotong tanganku, IBU tolong aku. Aku janji nggak akan nakal BU. Tapi, meskipun aku tak punya tangan dan kaki, aku msh punya mata dan telinga untk melihat senyum Ibu, mendengar suara Ibu, tapi... Benda itu sekarang sudah mulai memotong leherku, Ibu... Ampun bu... Beri aku kesempatan hidup, aku sayang Ibu, aku pengen meluk Ibu.
Bulan 7 : Bu, aku di sini baik-baik aja, aku sudah disamping orang orang soleh di surga, Allah mengembalikan semua organ tubuhku yg dipotong benda tajam itu, Allah memeluku, memegang tanganku, menggendongku dgn lembut dan Allah membisikan tentang apa itu aborsi.
Kenapa IBU tega melakukan itu? Kenapa IBU nggak mau main sama aku? Apa salah aku bu? Ibu taubat yah, biar Allah mau antar Ibu ke sini, nanti kita main bareng-bareng di sini, dan jangan lupa, ajak Ayah jg ya bu.
No comments:
Post a Comment